JAKARTA.PAB- Selama satu pekan terakhir, kualitas udara di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) sangat buruk. Pada tanggal 13 Agustus 2023 kemarin, indeks kualitas udara DKI Jakarta di angka 156 dengan keterangan tidak sehat.
Buruknya kualitas udara di Jabodetabek disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kemarau panjang selama tiga bulan terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi, faktor pembuangan emisi dari transportasi, dan kegiatan industri di Jabodetabek.
Untuk itu, dalam rapat terbatas membahas kualitas udara di wilayah Jabodetabek di Istana Merdeka, hari ini, saya menyampaikan arahan kepada jajaran pemerintah terkait untuk ditindaklanjuti dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek, secepatnya harus dilakukan intervensi yang bisa meningkatkan kualitas udara di Jabodetabek menjadi lebih baik. Intervensi itu berupa rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek, dan menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi EURO 5 dan EURO 6, khususnya di Jabodetabek, dan memperbanyak ruang terbuka hijau. Jika diperlukan, kita harus berani mendorong banyak kantor-kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home.
Dalam jangka menengah, saya meminta jajaran pemerintah konsisten melaksanakan kebijakan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil, mendorong semua pihak beralih ke transportasi massal seperti LRT, MRT, hingga kereta cepat.
Sementara itu, untuk jangka panjang, jajaran pemerintah harus memperkuat aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta melakukan pengawasan terhadap sektor industri dan pembangkit listrik, terutama di sekitar Jabodetabek. Yang terakhir, mengedukasi publik yang seluas-luasnya.ril